Selasa, Maret 31, 2009

ini bukan tentang kehilangan.

bandung, 31 maret 2009 jam delapanan.
(met ultah eR!)

ah, mungkin benar setiap kali kehilangan saia jadi tambah dewasa(entah dalam hal apa karena mungkin ada yang berpikir saia tidak pernah dewasa). mungkin benar, kalau ada baiknya kehilangan (lalu merasa lebih baik) daripada mempertahankan (tapi terbebani sakit).*mksh kak chau. entah kenapa hari ini, saia tidak terbangun dengan perasaan seperti lima tahun yang lalu, atau dua tahun yang lalu. sungguh Tuhan, terima kasih :)


tapi, kali ini saia enggan lagi menyebutnya kehilangan. karena tokh, sesungguhnya mereka tidak pernah hilang. matahari, bulan, bahkan bintang-bintang masih akan tetap selalu ada. selalu. hanya mungkin tidak di langit hari dan malam hari ini ;)


begitu juga hujan. mungkin saia sudah meriang menari-nari di bawah guyuran hujan (yaiyalah, huhujanan wae ateuh). mungkin Tuhan bilang, "Tiara tolong duduk berteduh, istirahat dulu". hehe, mungkin juga, saia yang sudah enggan kuyup. mungkin saia lebih suka melihat hujan, di balik jendela seperti yang saia lakukan empat bulan kemarin. saia merasa lebih memiliki hujan dengan memandanginya daripada menari di bawahnya.


tidak ada yang bisa menahan hujan pergi. pun saia begitu. tidak ada yang bisa menahan apapun jika sudah habis waktunya (berasa lagu deh). tapi tokh, iya.. saia tahu. ada yang pergi dan ada yang datang. ada kehilangan lalu menemukan. tapi, saia berharap masih bisa melihat hujan. kadang-kadang hujan dengan petir. kadang-kadang hujan dengan pelangi. kadang juga hujan bertemu bulan, bertemu bintang dan matahari.


tadinya, saia menuliskan ini untuk menemukan sedih. sedih setahun lalu karena hanya memiliki separuh bulan. sedih dua tahun lalu karena matahari menggelapkan. sedih lima tahun yang lalu, karena merasa malam hanya punya bintang.

tapi, entah kenapa saia tidak menemukannya.

mungkin karena -entah kenapa- saia yakin sesungguhnya hujan tidak akan pergi. hanya berpindah, rotasi, yah apapun itu. dan saia masih ingin menemui hujan, mungkin nanti saia dan hujan akan tertawa. "Lihat, begitu lucunya dulu". Iyah, hidup itu lucu. Bagaimana orang-orang yang menghapuskan air matamu lalu membuatmu menjatuhkannya lagi. ah, tidak hujan. kamu tidak begitu.


seperti saia bilang, saia menulis ini untuk merasa sedih. mungkin untuk bisa menangis. tapi, saia tidak bisa. entah kenapa lalu saia cuma tertawa-tawa (nb: masih waras kok, saia!). yah, habis... saia mesti apa? semuanya baik-baik saja. semuanya tetap ada. hanya keadaannya tidak sama.
*hmm, atau mungkin saia tidak bisa sedih karena itu datang duluan? toh, kemarin-kemarin itu Tuhan memperlihatkan pada saia apa-apa yang tidak, mungkin tak boleh dan lebih baik tidak saia ketahui. Yah, tapi... kan saia ingin tahu, Tuhan!


yah, segitu ajah deh ceritanya. ;)

0 komentar:

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Efek Rumah Kaca - Kamar Gelap

Labels