setengah isi-setengah kosong
sampai saya sendiri tidak mengetahui
bagaimana sekat kaca bisa menyakiti
lewat rangkaian kata yang diketik sepuluh jari.
Padahal saya bisa menuliskannya sendiri
menciptakan kisah-kisah ilusi
atau kata-kata manis pencetus delusi
tak perlu nyata karena hanya untuk membunuh sepi.
Ini adalah isi-isi yang kosong
di mana rangkaian cerita tinggal selongsong
sedang di dalamnya sudah melompong
habis dimakan waktu yang perutnya berkeroncong.
Padahal saya hanya tinggal membuang
atau meninggalkan lembar-lembar kenang
yang di dalamnya penuh airmata tergenang
tak perlu hati merasa sayang, karena ia terlarang.
Tapi, bagaimana saya bisa melalui
dan abai pada kosong-kosong yang berisi
atau tak menanggapi isi-isi yang kosong di sini
bukan tak mau, saya hanya butuh waktu sedikit lagi.
bandung, 9 Mei 2009